Dalam rapat terbuka senat UB, disampaikan berbagai capaian universitas selama 2017 oleh Rektor UB, Prof. Dr. M Bisri, M.S. Kemudian dilanjutkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghadiri Dies Natalis ke-55 Universitas Brawijaya (UB) di Gedung Samantha Krida UB, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (5/1/2017). Dalam orasinya, Menkeu menekankan beberapa poin penting tentang kondisi ekonomi di Indonesia. Mulyani mengatakan saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia telah menunjukkan hasil positif. Mulyani juga mengatakan sebagai negara besar, Indonesia memiliki potensi ekonomi yang luas dan tidak seharusnya bergantung pada ekspor komoditas. Selama lima tahun terakhir harga komoditas mengalami penurunan. Karena itu, ia berharap Indonesia harus memiliki daya tahan yang tinggi. Ia juga menyebutkan Indonesia perlu memfokuskan sumber pertumbuhan ekonomi dalam negeri sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang inklusif. “Pemerintah akan terus mengawal revolusi ekonomi terutama di bidang fiskal,” katanya. Ia menjelaskan kebijakan fiskal di tahun 2018, akan fokus pada optimalisasi kebijakan, perbaikan ekonomi dan pengelolaan yang hati-hati. Untuk defisit 2018, akan diminimalisi tanpa mengurangi stimulus. Civitas akademika UB, juga diajak untuk terus menciptakan suasana kerja nyata dalam mengupayakan kesejahteraan dan cita-cita kemerdekaan. “Cita kemerdekaan yang mencapai kesejahteraan masyarakat yang adil, makmur, dan bermatabat,” tambahnya.
Pengentasan kemiskinan, ketimpangan dan penciptaan kesempatan kerja saat ini dikatakannya, tengah menjadi prioritas pembangunan pemerintah. Ada beberapa program yang dilakukan untuk itu, yakni melalui Program Keluarga Harapan (PKH), Program bantuan beras untuk 10 juta keluarga miskin, Program Indonesia Pintar (PIP), dan Peningkatan akses UMKM terhadap sumber permodalan dengan meningkatkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah juga memberikan kredit ultra mikro (UMi) dengan total anggaran sebesar Rp1.5 triliun pada 2017, dan ditingkatkan menjadi Rp 2.5 triliun pada tahun 2018. Kemudian, Subsidi LPG 3 kg, perluasan cakupan kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional dan perbaikan kesejahteraan. Selama tahun 2017 lalu, Indonesia juga berhasil menorehkan hasil positif dari reformasi struktural melalui peluncuran paket-paket kebijakan ekonomi yang telah memperbaiki iklim investasi di dalam negeri. Menurut data Kemenkeu, Ease of Doing Business Indonesia juga meningkat signifkan dari ranking 91 menjadi 72. Dalam 3 tahun terakhir, posisi EoDB Indonesia telah meningkat sebanyak 48 peringkat. “Indonesia saat ini telah meninggalkan Brazil, India, RRC dan Afsel,” katanya.
Sementara itu, untuk posisi Global Competitiveness Index naik sebanyak 5 peringkat di tahun 2017 dengan poin yang meningkat di bidang infrastruktur, institusi dan makro ekonomi. Untuk melengkapi, di tahun 2017 Indonesia mendapatkan dua rating upgrades yakni dari Standard and Poor’s dan Fitch. “Indonesia telah mendapatkan investment grade dari lima lembaga yakni: S&P, Fitch, Moody’s, R&I dan JCRA. Bahkan Fitch telah menempatkan skala investment grade Indonesia pada level BBB yang merupakan posisi terbaik sejak 1995,” terangnya.
Kegiatan ini juga turut dimeriahkan dengan penampilan orkestra UB Purnama Caraka dan Trie Utami, yang sebelumnya menampilkan lagu Indonesia Jaya dan Tanah Air. (Fhm/Humas)